Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Dan Daerah UM (Vera)

Waktu itu ketika saya kelas 3 SMA, saya mulai dituntut untuk memikirkan masa depan. Terlebih saya ingin melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya. Saya harus menentukan kuliah dimana, ambil jurusan apa, dan mau jadi apa seterusnya. Sempat membuat saya frustasi. Namun sedari kecil saya berambisi untuk menjadi seorang guru. Tapi, saya tak ingin jadi guru SD terlebih guru TK, oh tidak! Terus mau jadi guru apa?? nah itu saya tak tahu.

Kira-kira seperti itulah dilema yang saya alami ketika harus memutuskan untuk berkuliah. Saya yang ragu dengan kemampuan atau bakat yang saya punya. Jelasnya, saya suka bernyanyi. Saya pula unggul di pelajaran sosial terutama sosiologi. Namun hingga akhirnya saya memutuskan untuk kuliah dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Keputusan itu atas nasihat dari guru bahasa Indonesia saya semasa SMA. Beliaulah orang yang berjasa mengantarkan saya hingga mencapai titik ini.

Depan Fakultas Sastra

Setelah saya ungkapkan alasan saya memilih jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, alangkah syahdunya saya patut juga memperkenalkan diri. Saya seorang guru di sebuah sekolah swasta di Kota Blitar. Verwati Iriani, namun saya kerap dipanggil Vera atau Ve. Baru setahun lalu saya lulus dari sebuah Universitas ternama di Jawa Timur yakni Universitas Negeri Malang. Saya mengambil Prodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra di Universitas Negeri Malang.

Klik Gambar Di Bawah Jika Tertarik Masuk Grup Whatsapp untuk info konsultasi jurusan, info TO online, live jurusan, dsb.

iklan-wa-min

 

Di awal memasuki dunia perkuliahan saya merasakan kepenatan luar biasa. Jurusan yang saya ambil tak semudah seperti yang saya dan mungkin sebagian orang pikirkan. Sulit! Ya sulit. Ibu guru yang menyarankan saya, bahwa saya harus memilih jurusan ini. Saya punya bakat berbicara di depan umum, karena semasa SMA saya kerap jadi MC, berpidato, dan membaca puisi. Saya pula sedikit lebih rajin dari teman-teman jika masalah tulis-menulis. Saya pikir mengapa tidak?

Suasana Perkuliahan

Pelajarannya, jangan sekali-kali meremehkan sesuatu. Suatu yang terlihat gampang justru menyimpan banyak rintangan #cieleh.

“Ngapain ambil jurusan bahasa Indonesia?”

“Ngapain nggak ambil jurusan Matematika kayak si itu? Kan keren!”

“Yaiyalah anak TK aja udah bia ngomong pakek bahasa Indonesia”

“Kamu kecil gini ngambil pendidikan? Kalah gedhe sama muridmu dong!”

“Ngajar bahasa Indonesia??” hemm.

Pusing plus males saya dengernya. Sudah sangat sering pernyataan seperti itu dilontarkan kepada saya. Dulu awal kuliah saya sempat down jika ditanya seperti itu. Bahkan tak kerap saya menitihkan air mata #yeelah cemen. Saya juga sempet kesel. Jika males ngejawab ya saya hanya senyum-senyum saja. Jika pengen berontak, ini mulut saya nyinyir ngungkapin pembelaaan.

Praktik Apresiasi Puisi

Namun, lagi-lagi jangan pernah meremehkan sesuatu! Kalian nggak bakal tahu gimana rasanya ngelafalin huruf dengan benar. Dikira huruf A-Z yang kalian ucapkan benar? Tidak! Ya walau saya sendiri masih gagap hee. Masih saya ingat, saya mendapatkan nilai C pada mata kuliah Fonologi itu. Fonologi adalah cabang linguistik mikro yang mempelajari bunyi-bunyi ujar suatu bahasa. Misalnya,  jika kita salah melafalkan satu kata akan mangandung makna yang berbeda heem.

Di awal perkuliahan pula saya dikenalkan dengan berbagai karya sastra lama. Saya harus membaca novel dengan ejaan lama dan itu membuat saya harus mikir dua kali. Lagi-lagi saya terima, saya ambil pelajarannya. Kalau nggak gitu saya pasti tak tahu siapa itu Pramoedya Ananta Toer. Kisah beliau dengan karyanya yang kontrversi. Saya akhirnya mengetahui bagaimana kisah Siti Nurbaya  yang awalnya hanya saya lihat sepotong di televisi.  Selain itu saya mendapatkan matkul berbicara monologis. Kali pertama saya bercerita di depan teman dari berbagai daerah, dimana saya mendapatkan apresiasi dari dosen dan teman-teman. Kala itu saya belum cukup akrab dengan teman sekelas.

Kepercayaan diri saya akan menyanyi juga tersalurkan di jurusan yang saya ambil. Loh kok bisa? Tepatnya tugas akhir dari mata kuliah apresiasi puisi, yang tugas akhirnya dibagi menjadi musikalisasi puisi, sebuah puisi dijadikan drama, kegiatan bedah antologi puisi, mengubah lirik lagu yang diganti dengan puisi, dan lainnya (maaf saya lupa). Kebetulan kelompok saya mendapatkan bagian mengubah lirik lagu. Kami memilih dua puisi yang dipadukan dengan salah satu lagu dari Agnes Monica dan D’Cinnamons. Jadi lirik dari dua lagu tersebut harus diganti dengan puisi yang kita pilih. Saya bernyanyi didepan teman dan dosen saya. Kami praktik di ruang drama. Panggung sebenarnyalah kita menunjukkan aksi. Dengan alunan musik dari permainan gitar teman. Ditambah suasana syahdu dengan pencahayaan sedikit redup. Wah saya baru kala itu senang dan bangganya masuk jurusan bahasa Indonesia.

Oh ya di jurusan saya juga bisa ambil jurusan peminatan. Drama, jurnalistik, bahasa Daerah, bahasa Indonesia untuk penutur asing, dan ilmu perpustakaan.  Saya mengambil minat di ilmu perpustakaan. Alasannya saya hanya asal ngambil saja awalnya, karena saya tak ingin ketemu matkul bahasa Daerah. Dan lagi-lagi jangan pernah meremehkan suatu hal. Misalnya, kasih kode untuk buku satu dengan lainnya itu susah. Kode ini untuk buku pendidikan, untuk teknik, untuk ensikplodi dll itu ada kode sendiri. Saya justru senang, walau saya harus bergelut dengan DDC . Saya senang, karena setiap perkuliahan selalu di perpustakaan pusat kampus. Nugas sambil keliling rak demi rak buku. Ngambilin buku dan dibaca di ruang kelas . Selain itu tugas akhirnya observasi perpustakaan di salah satu SMK di Malang.

Jurusan bahasa Inodenisa tidak membosankan, tenang saja. Banyak hal seru yang justru kita dapat. Ya walau kita harus ekstra kerja keras demi menuhin tugas demi tugas. Makalah demi makalah yang membuat kita akan sedikit lebih lihai dari jurusan lainnya. Tata aturan penulisan, penggunaan EYD yang sekarang sudah berganti PUEBI.

Bahasa Indonesia tak mengenal salah dan benar, karena ilmunya yang terus berkembang. Penilian yang saya lakukan misalnya, saya tak lantas menyalahkan siswa saya jika presepsi berbeda atas suatu masalah. Memang benar jika mengerjakan soal bahasa Indonesia itu tak gampang. UN bahasa Indonesia itu susah, ya memang. Dari kesemua itu kuncinya hanya baca, teliti, dan pahami itu saja. Banyak dari kita jika menemui soal bacaan udah malas duluan buat nyentuh heem. Kurang menikmati itu hee.

Saya sungguh belajar banyak hal. Mulai dari cara mengajar, pembuatan media pembelajaran, serta membuat buku teks (modul).  Bahasa yang sering kali jadi momok akan teksnya yang panjang dapat disiati dengan media pembelajaran yang menarik. Misalkan saja, penggunaan media film atau vidio. Karena seringnya banyak keluhan tentang mata pelajaran bahasa Indonesia, saya sering berusaha untuk menyajikan pembelajaran yang menyenangkan untuk anak.  Jenuh,malas, bahkan udah mual duluan lihat teks demi teks akan teratasi. Jadi saya akan ajari mereka untuk perlahan senang membaca. Dua mingu sekali setiap anak bergantian mempresentasikan buku yang telah dibacanya biasa kita sebut bedah buku mini.

Jika saya tak memilih jurusan bahasa Indonesia, saya mungkin masih tergolong anak cucu adam yang malas baca. Kerapnya hanya menulis status sampah , status galau, atau menulis chat saja hee. Sekarang saya menuangkannya dalam sebuah blog pribadi. Apapun yang saya alami mulai  dari pengalaman menarik, seputar pendidikan, kisah jalan-jalan saya, serta saya yang suka sekali makan, hingga curhatan manja saya tuangkan dalam sebuah blog.

Alhamdulillah disela-sela saya mengajar saya berkerja menjadi freelance di sebuah portal berita nasional. Saya juga suka iseng mengirimkan esai di sebuah media cetak yakni lebih seringnya di Surya. Jika kalian familiar dengan Citizen Repoter Harian surya, ya itu dia.

Saya berprinsip, yang bisa saya jadikan warisan dan jejak hidup adalah sebuah tulisan. Jadi tak ada kata untuk menolak membaca atau menulis.

Jadi kalian berminat??

Seputar pendidikan dan sastra Indonesia saya bagikan pula di blog saya ‘Tulisan-nya Vera’.


Verwati Iriani, lulusan Universitas Negeri Malang yakni Pendikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. Saya Vera, walau badan saya terbilang kurus, walau saya tak begitu menyukai sayur (hanya beberapa macam saja), dan walau saya sangat pemilih. Namun saya selalu menyukai hal-hal baru salah satunya kuliner. Jika itu makanan yang sekiranya saya suka dan tidak beresiko, saya punya target untuk mencobanya. Mulai tanya informasi sampai ngajak personil untuk teman . Saya suka jalan-jalan walau dengan keadaan kantong menipis hii. Bangga  terjun di dunia pendidikan khususnya Sastra Indonesia.  Boleh kita berdikusi mengenai dunia pendidikan bahkan lainnya. Saya suka baca untuk asupan saya dalam menulis. Saya rajin menulis curhatan hati di blog pribadi. Kini saya mengajar di sebuah sekolah swasta di Kota Blitar.

Instagram           : @Verwati Iriani (https://www.instagram.com/verwatiiriani/)

Twitter               : @Verwati Iriani (https://twitter.com/verwati_iriani)

Facebook           : Verwati Iriani (https://www.facebook.com/sikecil.eve)

Blog                   : Tulisan-nya Vera (https://oaselife.wordpress.com/)

Kode Konten: X247

5 thoughts on “Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Dan Daerah UM (Vera)”

  1. InsyaAllah tidak. Kecuali fonologi , sintaksis mengenal salah dan benar. Karena memang dasarnya dalam berbahsa, selain itu juga mengenal salah dan benar saat menulis yg ejaannya harus sesuai dengan PEUBI.
    Yang dimksud tidak ada salah dan benar adalah pembelajaran untuk anak-anak , trutama k13 bahasa Indonesia yang berbasis teks. Setiap anak punya presepsi berbeda akan suatu masalah dalam teks. Beda jika matematika 1+1= 2
    Begitu ?

  2. Kak mau tanya, dalam jurusan yg kakak jalani apakah selain menguasai bahasa indonesia diharuskan juga untuk menguasai bahasa inggris dan juga kita dituntut memiliki toefl yang bagus. Ditunggu jawaban terimakasih

Ayo komen disini untuk bertanya ke penulis ! Kami akan kirim balasan melalui email

Your email address will not be published. Required fields are marked *